Polisi Inspiratif Pengubah Hidup Seorang Pemuda


Pada tanggal 5 Juni 2015 sangat tidak biasa sekali karena saya bangun kesiangan akibat tidur larut pagi. Dengan gerakan gesit, cepat, dan tentunya tetap keren, saya langsung menyalakan motor saya. “Bremmmmmmmm Bremmmm Brem.......” itulah suara motor Supra X dengan cc 125 milik saya siap untuk saya kendarai ke kampus. Jarak kampus yang sangat dekat membuat saya selalu terbiasa berangkat dari kos 15 menit sebelum kelas dimulai. Namun, pada saat di perjalanan saya melupakan hal terpenting yang harus dibawa oleh pengendara sepeda motor untuk melindungi kepala dari benturan bila terjadi kecelakaan. Namun akibat sifat malas saya dan cuek , saya melupakan mengenakan helm karena hari tersebut masih sekitar pukul tujuh pagi dan pasti tidak ada polisi.

Di perjalanan hal yang tidak terduga pun terjadi pada saat saya memberhentikan motor saya untuk menunggu menyebrang perempatan. Di situlah saya mulai merasa ada yang menghampiri motor saya. Yakkk benar! Seorang polisi paruh baya menghampiri saya dan mengucapkan salam, lalu berkata “Selamat pagi dek, boleh saya liat surat-suratnya?”. Hati saya langsung berkata dengan kesal dan penuh ketakutan “Astaga, mimpi semalam sampai ketemu polisi di pagi ini??!”. Motor saya pun saya arahkan menuju posko tempat dia duduk sambil mengeluarkan STNK dan uang 20 ribu rupiah sebagai uang suap karena saya dengar dari teman-teman kalo ditilang polisi santai aja langsung suap pasti beres.

Tanpa basa-basi polisi tersebut ternyata sedang menuliskan nomor plat saya ke dalam sebuah slip merah tanda terjadinya pelanggaran lalu lintas. Lalu, STNK saya berikan beserta uang tersebut dan berkata, “Damai pak, saya mau kuliah jam setengah delapan”.

Dengan tegas Polisi itu berkata kata-kata yang sangat mengagetkan saya. ”Kamu mahasiswa kan?? Jangan ajari saya yang tidak benar! Berikan saya waktu lima menit untuk menulis slip merah ini.”

Sontak saya kaget dengan kalimat tersebut karena tidak sesuai dengan perkataan teman saya bahwa polisi gampang disuap. Setelah itu, diberikanlah slip merah itu kepada saya yang bertuliskan nama dia(Suroso) dan memberitahu saya untuk selesaikan masalah ini di Pengadilan Negeri Tangerang pada tanggal 23 Juni 2013. Saya juga dinasehati polisi tersebut, “Sudah jadikan sebagai pengalaman biar kamu ngerti gimana cara kerja polisi di pengadilan”.

Seperjalanan saya menuju kampus penuh dengan rasa kesal, bingung, marah, dan juga takut akan menghadapi pengadilan. Di lain sisi saya harus tetap menghadapi sidang tersebut jika ingin STNK saya kembali. Timbullah masalah ketakutan saya dengan keharusan di dalam hati.

Singkat cerita sudah tanggal 22 Juni dan besok saya harus menuju pengadilan. Saya pun langsung bergegas mencari informasi dimana letak pengadilan tersebut. Seperjalanan ke sana pun saya terus membayangkan hal-hal negatif, seperti terkena denda yang besar ataupun hal-hal yang bersifat kekerasan akan saya rasakan. Pada saat saya sudah dekat dengan pengadilan tersebut banyak sekali orang yang menawarkan jasa sebagai calo untuk mengurus STNK yang ditilang ataupun masalah-masalah terkait dengan polisi namun saya hiraukan mereka dan tetap meneguhkan hati untuk mengikuti kata pak Suroso.

Sesampainya saya di depan pintu masuk pengadilan tersebut, ada bapak yang menanyakan hal terkait slip yang saya miliki dan menawarkan jasa sebagai calo secara paksa. Saya pun bersih keras tidak ingin memperlihatkan slip tersebut karena ini bersangkutan dengan STNK saya. Satpam pengadilan yang melihat saya pun berteriak kepada orang tersebut ”Hei! Jangan dipaksa kalau emang dia (saya) gak mau pake calo”. Calo tersebut pun pergi dari saya dan saya pun bertanya kepada satpam tersebut jalur mana yang perlu saya lewati untuk memasuki ruang sidang.

Sampailah saya di ruang sidang yang terdapat empat orang polisi di dalamnya. Polisi tersebut dengan ramah bertanya “Ditilang di mana dek?”. Saya pun menjawab “Di Serpong pak”. Setelah itu ia kembali berkata “Jangan diulangi ya dek. Ade kan masih muda harus jadi contoh ya. Biar bangsa gak begini-begini aja”. Untuk kedua kalinya saya dikagetkan oleh kalimat yang dilontarkan oleh seseorang yang saya takuti. Saya pun menjawab “Iya pak! Saya gak ulangi lagi kesalahan saya tidak menggunakan helm”. Polisi tersebut langsung menukarkan STNK dengan slip merah yang saya bawa dan menyuruh saya untuk membayar denda yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Ternyata pelajaran yang saya dapatkan tidak berhenti sampai STNK saya kembali.

Saat menyambut Hari raya Idul Fitri saya pun ingin merasakan bagaimana rasa berbagi dengan seorang Polisi(Pak Suroso) yang menilang saya. Perjuangan untuk dapat menemui dan berbagi pun tidak mudah. Saat pertama kali saya membawa parcel dan mencari Pak Suroso di Kantor Polisi Kelapa Dua ternyata dia tidak ada. Keesokan harinya pun saya coba datang lagi karena kata Penjaga sana biasanya para polisi melakukan upacara dulu sebelum melakukan tugas. Namun apa daya walaupun saya telah datang pagi sekitar jam 8 ternyata saya belum dapat bertemu dengan Pak Suroso dan untuk ketiga kalinya saya mencoba datang di siang hari dengan penuh harapan karena saya ingin sekali mengucapkan terima kasih karena dia telah mengubah pola pikir dan pandangan saya terhadap seorang polisi.

Di ketiga kalinya saya datang ke sana saya merasa doa saya terjawab karena saya dapat bertemu langsung dengan Pak Suroso dan mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri dengannya. Pak Suroso yang masih mengenal saya sangat kaget dan berkata “Lah kok kamu ditilang malah beterima kasih plus bawa parcel?”. Lalu saya menjawab” Iya Pak ini sebagai bentuk rasa terima kasih atas keputusan Bapak untuk tetap menilang saya dan membawa saya ke proses yang telah mengubah pandangan saya terhadap cara kerja polisi. Dia pun tertawa senang karena ia dapat membuat satu orang anak muda telah sadar bahwa polisi memiliki tujuan untuk keselamatan bukan semata untuk menilang saja. Kami pun mengakhiri perbincangan kami dengan berfoto bersama dan tidak lupa saya memberikan hasil tulisan saya kepada beliau. Setelah saya memberikan surat itu, ia pun memberikan sebuah kutipan yang sangat membekas sekali. Kutipannya adalah Semua polisi sama tugasnya yang membedakannya hanya sikap dan akhlaknya kok dek..

------

Dari kisah ini ada beberapa hal yang saya pelajari, yaitu pertama kadang kita terlalu khawatir akan sesuatu hal yang belum terjadi sehingga membuat kita menjadi takut akan hal tersebut. Kedua belajar bisa dari siapa saja dan kapan saja terlebih pada seorang polisi. Ketiga jangan mudah percaya dengan kata orang bila belum membuktikannya sendiri karena mungkin saja kata-kata tersebut atau informasi tersebut tidak valid. Terakhir pun saya ingin berterima kasih kepada Pak Suroso karena telah menilang saya dan tidak membiarkan saya untuk melakukan hal yang salah dan memberikan saya pelajaran yang berharga ini sehingga saya tahu bahwa pengadilan itu tidak semenakutkan seperti yang saya bayangkan.


Top 20 Inspiring Articles in Indonesiana Tempo 2016

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minoritas Belajar Bulan Ramadhan

Wihara Tertinggi di Indonesia, Pesona Budaya Wihara Buddhagaya Watugong Semarang

Pesona Keberagaman dan Rasa Wisata Kuliner Pasar Semawis, Semarang